Selasa, 14 Desember 2010

Alergy pada balita€ kita

Selama ini kita, sebagai orang tua hanya tahu bahwa gejala alergi yang timbul pada anak-anak hanya berupa gatal-gatal kulit, gangguan kulit, batuk, pilek dan sesak napas.

Jadi ketika anak-anak kita tidak mengalami hal-hal diatas, maka orangtua merasa aman-aman saja.  Ada beberapa perilaku anak yang agresif, hanya dianggap sebagai bagian proses tumbuh kembang anak belaka.  Padahal jika orangtua mau teliti, perilaku-perilaku anak yang agresif pun termasuk bagian dari gejala alergi.

Dan banyak orangtua yang menganggap alergi hanya berupa makanan atau minuman, padahal ada banyak hal yang bisa menjadi pemicu alergi pada anak-anak kita.  Seperti suhu udara, debu, air ataupun keadaan suatu lingkungan.

Menurut ulasan di alergi anak, ciri-ciri alergi banyak dan bisa kita deteksi sejak dini, sehingga cepat ditanggulangi oleh orangtua.

Dikutip dari dokter sehat, Menurut Dr. Widodo Judarwanto, Sp.A dari Children Allergy Center RS Bunda, Jakarta, alergi pada anak ternyata tidak sesederhana seperti yang diduga. Sebelumnya, sering kita dengar bahwa gejala alergi adalah batuk, pilek, sesak dan gatal di kulit. “Padahal, alergi dapat menyerang semua organ dan sistem tubuh, mulai paru, kulit, saluran kencing, jantung, bahkan susunan saraf pusat (otak),” tegas Widodo.

Jadi, sebagai orangtua kita bisa mendeteksi apakah anak kita mengidap alergi atau bukan, jika anak kita mengalami hal-hal seperti:

·Sering batuk, batuk lama (lebih dari 2 minggu), pilek, (TERUTAMA MALAM DAN PAGI HARI siang hari hilang) sinusitis,  bersin, mimisan.  tonsilitis (amandel), sesak, suara serak.
·Pembesaran kelenjar di leher dan kepala belakang bawah.
·Sering lebam kebiruan pada kaki/tangan seperti bekas terbentur.
·Kulit timbul bisul, kemerahan, bercak putih dan bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Sering menggosok mata, hidung atau telinga. Kotoran telinga berlebihan.
·Nyeri otot & tulang berulang malam hari. Sering kencing, Bed wetting (Ngompol)
·Sering muntah , nyeri perut,  SULIT MAKAN disertai berat badan kurang (biasanya setelah umur 4-6 bulan).
·Sering sariawan, lidah sering putih/kotor nyeri gusi/gigi, mulut berbau, air liur berlebihan, bibir kering.
·Sering Buang air besar (lebih dari 2 kali/hari), sulit buang air besar (obstipasi), kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang angin, berak di celana.
·Tidur larut malam/sering terbangun.
·Kepala,telapak kaki/tangan sering teraba hangat.Sering berkeringat (berlebihan)
·Mata gatal, timbul bintil di kelopak mata, mata sering berkedip, memakai kaca mata sejak usia sangat muda (usia 6-12 tahun).
·Gangguan hormonal : tumbuh rambut berlebihadi kaki/tangan, keputihan.
·Sering sakit kepala, migrain.


Sedang pada bayi, gejala klinis yang bisa dianggap sebagai gejala alergi adalah:
·GANGGUAN SALURAN CERNA : Sering muntah/gumoh, kembung,“cegukan”, sering buang angin, sering “ngeden /mulet”, sering REWEL / GELISAH/KOLIK terutama malam hari), Sering buang air besar (lebih dari 3 kali perhari), tidak BAB tiap hari, BERAK DARAH. Hernia Umbilikalis (pusar menonjol), Scrotalis, inguinalis (benjolan di selangkangan, daerah buah zakar atau pusar atau “turun berok”) karena sering ngeden sehingga tekanan di dalam perut meningkat.
·Kulit sensitif, sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut.Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Mata, telinga dan daerah sekitar rambut sering gatal, disertai pembesaran kelenjar di kepala belakang. Kotoran telinga berlebihan kadang sedikit berbau.
·Lidah sering timbul putih (seperti jamur). Bibir tampak kering atau bibir bagian tengah berwarna lebih gelap (biru).
·Napas grok-grok, kadang disertai batuk sesekali terutama malam dan pagi hari siang hari hilang. Bayi seperti ini beresiko sering batuk atau bila batuk sering lama (lebih dari 7hari) dan dahak berlebihan )
·Sesak bayi baru lahir disertai kelenjar thimus membesar (TRDN/TTNB).  Bayi seperti ini menurut penelitian beresiko asthma sebelum usia prasekolah.
·Sering bersin, pilek, kotoran hidung banyak, kepala sering miring ke salah satu sisi (Sehingga beresiko kepala “peyang”) karena hidung buntu, atau minum dominan hanya satu sisi bagian payudara. Karena hidung buntu dan bernapas dengan mulut waktu minum ASI sering tersedak
·Mata sering berair atau sering timbul kotoran mata (belekan) salah satu sisi/kedua sisi.
·Sering berkeringat (berlebihan)
·Karena minum yang berlebihan atau sering minta minum berakibat berat badan lebih dan kegemukan (umur kurang dari 1tahun). Sebaliknya terjadi berat badan turun setelah usia 4-6 bulan, karena makan dan minum berkurang
·Kepala, telapak tangan atau telapak kaki sering teraba sumer/hangat.
·Mempengaruhi gangguan hormonal : keputihan/keluar darah dari vagina, timbul bintil merah bernanah, pembesaran payudara, rambut rontok, timbul banyak bintil kemerahan dengan cairan putih (eritema toksikum) atau papula warna putih

Dari ciri-ciri klinis di atas, sering kita sebagai orang tua menganggap penyakit atau ciri-ciri lain, bukan gangguan klinis yang berkaitan dengan alergi, sehingga tanpa kita sadari sering memberi obat-obatan yang salah yang kita berikan berdasarkan gejala yang timbul.

Padahal, jika secara klinis, ada ciri itu pada anak kita, maka akan berpengaruh kepada perilaku si anak.  Alergi pun dapat menyebabkan gangguan otak atau perilaku pada anak atau bayi kita.

Seperti pada usia kurang dari 6 bulan, mata atau kepala bayi sering melihat ke atas.  Tangan dan kaki bergerak berlebihan.  Pada usia lebih dari 6 bulan, melakukan gerakan berulang membentur-benturkan kepalanya ketika digendong. Artinya dia mengalami gerakan motorik yang berlebihan, yang bisa jadi indikasi mengalami alergi.

Gangguan berikutnya adalah gangguan tidur.  Dimana si anak sering gelisah dalam tidurnya, sering juga ngelindur atau berbicara dan berteriak dalam tidur.  Tiba-tiba terduduk bangun tetapi kemudian tidur lagi.  Pada anak yang lebih besar, dia sering mengalami mimpi buruk atau beradu gigi.

Agresif juga merupakan perilaku yang dipicu oleh alergi.  Sering memukul kepala sendiri, orang atau benda di dekatnya.  Juga suka mencubit, menjilat, menggigit dan menjambak.

Pada anak yang lebih besar juga mengalami gangguan kosentrasi dan belajar.  Cepat bosan terhadap satu aktifitas, kecuali menonton televisi,membaca dan main game.  perilaku belajar terburu-buru, tidak teliti, tidak displin.  Gampang teralihkan dan sering kehilangan atau ketinggalan barang bawaannya.

Pada bayi, timbul gangguan koordinasi, seperti merangkak dan duduk tidak sesuai usia,jalan jinjit, sering menabrak dan duduk dengan leter W(kaki ke belakang).

Masih pada bayi, ada kemungkinan mengalami keterlambatan bicara, tdak mengeluarkan kata saat usia dibawah 15 bulan, dan ketika usia 20 bulan hanya mampu mengucapkan 4-5 kata, kemudian ketika kemampuan bicara normal, tiba-tiba mengalami kemunduran.  Memang pada usia 2 tahun keadaannya membaik.

Ada kemungkinan mengalami ADHD (hyperaktif) dan Autisme.

Ketika banyak uraian yang kita dapat, maka timbul pertanyaan:

Apa sih sebenarnya alergi?  mengapa bisa menyerang semua organ tubuh?


Menurut artikel pada http://doktersehat.com/2007/08/27/alergi-pada-anak-bukan-masalah-sepele/, alergi adalah kumpulan gejala akibat reaksi kekebalan tubuh yang berlebihan, yang diakibatkan oleh beberapa akibat atau pencetus.  Alergi bisa menurun dari orangtua atau kakek/neneknya yang juga menderita alergi.  Pertimbangannya, kata dokter Widodo, jika salah satu orang tua mengalami alergi, maka anak bisa diturunkan sekitar 25% atau 30% pada penyakit ini.  Sedang jika kedua orangtuanya mengidap alergi, maka kemungkinannya anak mengalami alergi adalah 60-70%.

Pencetus alergi kita bisa lihat dari makanan(pada anak ini menjadi pencetus utama), inhalasi/hirupan, debu, serbuk sari bunga, bulu binatang, mengalami kontak pada sabun, bahan kimi€a atau logam, dari kecoa, juga dari kuru pada kasur atau kapuk.

Gejala klinis yang disebutkan sebelumnya merupakan gangguan entah pada gangguan cerna maupun gangguan susunan saraf pusat atau otak.  Bagaimana mekanisme timbulnya masih belum dapat dijelaskan, seperti yang diuraikan Dokter Widodo

Diduga, gangguan SSP itu diakibatkan oleh pengaruh beberapa zat stimulan yang dikeluarkan oleh pencernaan penderita alergi, yang biasanya juga terganggu. Di samping itu, perubahan hormonal pada penderita alergi diduga juga ikut berperan dalam gangguan tersebut

alergi juga bisa mengganggu berbagai sistem dan organ tubuh lain. Akibatnya, tentu sangat mengganggu tumbuh-kembang anak. Gangguan yang sering muncul adalah malnutrisi (kurang gizi). “Berat dan tinggi badan anak kurang dibanding tinggi badan anak lain yang normal seusianya,” tambah dokter Widodo. Malnutrisi biasa terjadi pada anak di atas usia 4-6 bulan, dimana anak mulai dikenalkan makanan baru yang terkadang mengakibatkan alergi atau gangguan. “Ini berakibat gangguan pencernaan seperti sulit makan, sering muntah, sering diare, sering kembung dan sebagainya, yang berisiko terjadinya malnutrisi.”

Gejala gangguan pencernaan yang sering timbul antara lain rewel, terus-terusan menangis, kolik di malam hari pada anak di bawah 3 tahun, bayi dengan riwayat berak darah, dan bayi dengan riwayat diare berulang.

Untuk hal ini, jika€ orang tua mengamati adanya gejala-gejala tersebut pada anak, sebaiknya melakukan beberapa tahap untuk memastikan apakah buah hati kita mengalami alergi atau tidak. Seperti melihat riwayat alergi pada keluarga, lalu melakukan skin test allergy, foto rontgen, juga chek laborat.

Jika anak kita terbukti mengalami alergi, maka mulai melakukan penyembuhan atau treatment maupun recovery.  Bisa dengan obat-obatan yang diberikan oleh dokter, walaupun bukanlah jalan yang terbaik.  Yang paling utama menghindarkan anak dari pencetus alergi.

Secara teoritis, alergi memang tak bisa dihilangkan, tetapi dapat dijarangkan frekuensi kekambuhannya serta dikurangi beratnya keluhan. Dengan pertambahan usia anak, di usia 6-7 tahun, pencetus alergi makanan biasanya akan semakin berkurang atau hilang. “Namun, yang sering terjadi, orangtua justru terus memberikan makanan pencetus alergi pada anak, dengan tujuan agar anak kebal dan tidak lagi alergi. Ini tidak benar dan tidak akan mengurangi gejala alergi, tetapi malah memperberat.”

Mudah-mudahan dengan adanya sharing ini, kita sebagai orangtua makin peka terhadap gejala sekecil apapun yang terjadi pada si kecil buah hati kita, dan segera menindaklanjuti.

Sekali lagi, ini bukan menakut-nakuti, sekedar mencaoba mengajak kita semua, sebagai orang tua yang dititipi amanah berupa anak, untuk berhati-hati.

Untuk informasi lebih jauh tentang alergi dan penanggulangannya bisa ke:

ALLERGY-BEHAVIOUR CLINIC

PICKY EATERS CLINIC (KLINIK KESULITAN MAKAN ANAK)

JL RAWASARI SELATAN 20  CEMPAKA PUTIH JAKARTA PUSAT

PHONE :  (021) 70081995 - 4264126,

email : cfc2006@hotmail.com,

htpp://www.childrenfamily.com

atau chek juga ke http://doktersehat.com/

Jumat, 03 Desember 2010

Kalsium dan Susu


Dari pediatrics yang membicarakan tentang susu untuk anak-anak balita.  Maka ada satu quote yang perlu diperhatikan oleh para orang tua:
Toddlers don't necessarily need milk, but they do need calcium and Vitamin D, which are readily available from milk and dairy products. Without any milk, it will be difficult to get enough calcium into his diet. There are alternatives to milk, though, and other ways to give your child calcium.
Kalau diartikan bebas itu sama saja dengan, balita tidak selalu membutuhkan susu, tetapi mereka membutuhkan kalsium dan vitamin D, yang tersedia dari produk susu dan susu. Tanpa susu apapun, maka akan sulit untuk mendapatkan kalsium yang cukup dalam diet nya. Ada alternatif susu, meskipun, dan cara lain untuk memberikan kalsium anak Anda.


Ada cara lain yang disarankan oleh pediatric adalah memberikan susu kedelai kepada balita kita.  Susu kedelai dianggap cukup mengganti peran asupan kalsium dari susu sapi, walaupun komposisi lemaknya lebih rendah dari susu kedelai.  Disarankan untuk memberikan kalori 1300 dan dengan 30% dari kalori berasal dari lemak, balita Anda mungkin membutuhkan sekitar 40g lemak setiap hari.  Dikarenakan asupan lemak dari susu kedelai kurang, maka sebagai orang tua diharapkan menambah asupannya dari cadangan makanan yang lain.

Bagaimana dengan susu kambing?  Meskipun susu kambing tidak disarankan untuk anak-anak di bawah usia 12 bulan karena kekurangan zat besi, folat dan vitamin B12, pasteurisasi dan susu kambing yang diperkaya bisa diberikan kepada anak yang lebih tua. Jika anak Anda alergi atau tidak mentolerir susu sapi, maka ia cenderung memiliki masalah yang sama dengan susu kambing, ketika mereka berbagi banyak protein dan keduanya memiliki laktosa.

Dan apakah jika si anak alergi susu sapi harus mencari alternatif susu lagi? Entah dari susu kambing atau susu kedelai.  Apakah tidak ada makanan yang mengandung kalsium tinggi?  Sayur misalnya?  Yang cenderung aman dan tingkat alerginya lebih rendah?

Coba kita lihat di sini, ada beberapa sayur yang mempunyai kandungan kalsium yang cukup:


Daun Selada
Kandungan: Vitamin A, potasium dan kasium
Baik untuk: Memperbaiki organ dalam, melancarkan metabolisme dan mencegah kulit menjadi kering

Ketimun / Mentimun
Kandungan: Vitamin C, potasium, kalsium dan magnesium
Baik untuk: Menghilangkan panas dalam dan racun panas dalam serta menghaluskan kulit. Tidak dianjurkan bagi mereka dengan pencernaan yang lemah.

Pare
Kandungan: Charantin, asam amino, Vitamin C dan kalsium
Baik untuk: Menyejukkan tubuh saat cuaca panas dan mencegah sembelit. Tidak dianjurkan bagi mereka dengan pencernaan yang lemah.

Kubis
Kandungan: Vitamin K1, Vitamin U, potasium dan kalsium
Baik untuk: Mencegah sakit kulit, memperbaiki penyakit pencernaan kronis.

Bawang Bombai
Kandungan: Kalsium, sulfida dan enzim prostaglandin
Baik untuk: Mencegah gula darah tinggi, mencegah tekanan darah tinggi serta baik untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh.

Paprika
Kandungan: Vitamin C, kalsium, magnesium dan silikon
Baik untuk: Membantu memperbaiki kehalusan kulit dan membantu meningkatkan daya tahan tubuh.

Labu
Kandungan: Vitamin C, beta karotin, potasium, kalsium dan magnesium
Baik untuk: Meningkatkan daya tahan tubuh, membantu memperlambat proses penuaan dan mengurangi resiko kanker usus.

Bunda's...tidak ada salahnya mengalihkan dengan sayuran yang relatif aman, jika memang anak kita alergi terhadap susu sapi..

Tetapi ini buat yang anak2 kita di atas satu tahun lho, buat di bawah satu tahun tetap ASI is the best!

Kamis, 02 Desember 2010

Balita dan Bunda

Bikin blog lagi!

Setelah sekian lama mencueki blog, karena sudah ada media facebook buat curhat, akhirnya kembali ke habitat awal...menulis di blog! Hehehehehe

Tapi karena sudah berpredikat ibu-ibu dengan anak-anak di samping-sampingnya, pengennya cerita yang lain.  Cerita dan bicara tentang anak-anak, entah kesehatan fisiknya, jiwanya, tumbuh kembangnya.  Pengen share aja, dan semoga orang tua lain mau urun rembug, sapa tau yang aku omongin salah ya ^-^;;


Disini saya enggak sama sekali berniat "Ini lho, aku paling ngerti urusan anak-anak...kan anakku udah 3!"  Oh enggak...cuman pengen share, beropini, berbagi pengalaman, berbagi tulisan yang menarik tentang balita kita semua.

Kenapa balita?

Ya iyalah! kan anak-anak saya masih dalam kategori balita huehehehehehe  Nanti kalau pada teenagers, bikin blog deh tentang anak2 ABG

Mudah2an blog ini bermanfaat buat para new parents, terutama new mommy ya..juga buat yang lain2 yang udah senior...ciehhh kayak ospek ajah! ^-^;;

Happy blogging!